• gambar
  • gambar

Selamat Datang di Website AZZAINIYYAH. Terima Kasih Kunjungannya

Pencarian

Kontak Kami


AZZAINIYYAH

NPSN : 0258059

Jln.Pondok Halimun Nagrog Sinar Barokah Perbawati Kec.Sukabumi Kab.Sukabumi


[email protected]

TLP : (0266) 232955


          

Prestasi Siswa

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Status Member

BIOGRAFI PANGERSA UWA




BIOGRAFI DAN PERGERAKAN DAKWAH PANGERSA UWA

KH Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab,� biasa disapa Pangersa Uwa, beliau �lahir tanggal 17 �Februari �1955� di �Sukabumi, tepatnya di Kampung Nagrog Sinar Barokah Desa Perbawati (dulu Desa� Karawang), putra dari pasangan KH. Zayadi �dan Hj. Hali.mah.�

Garis keturunan �dari ibunya merupakan rundaiyan dari Sunan Gunung Djati, yang nasabnya sampai kepada rosululloh Muhammad Saw.� Nasab beliau adalah KH. Zezen ZA Bazul Asyhab �bin Hj. Halimah binti �KH. �Abdurrohman bin �KH. �Kahfi bin� Ayah �Aliman �bin Abah Syaebah bin Ayah Gabid bin Ayah 'Atshan bin Prabu Washidewa bin Eyang Pangeran Sake bin Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa bin Sultan Abdul �Ma'ali �Ahmad bin� Sultan Abdul �Mafakhir Abdul �Qadir bin Sultan Maulana Nasrudin bin Maulana Yusuf bin Syekh Maulana Hasanudin bin Kangjeng Syekh �Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati).

�Nama �panggilan beliau �waktu kecil akrab disapa �dengan panggilan "Utun", �beliau �tumbuh dalam �sebuah keluarga yang mengutamakan pendidikan agama. Ayahnya mengajarkan beliau �tentang dasar-dasar pendidikan agama� �secara ketat,� terutama Al-Quran� dan �Imla. �Terlebih ayahnya seorang ulama yang terkenal sebagai �ahli ilmu tajwid. KH. Zayadi adalah murid �Ajengan Pabuaran (Gan Uye) yang �memiliki sebutan "Oo Midada". �Kemudian Utun belajar agama �kepada kakeknya yang bernama KH. Abdurrohman sambil �mengikuti Sekolah �Rakyat (SR).

Setelah tamat SR beliau melanjutkan pendidikan ke pesantren Pabuaran asuhan KH. Mahmud,� kemudian melanjutkan pendidikan ke �MTs �dan �MA di Pondok �Pesantren Sirojul Athfal (sekarang Almasthurriyyah) Tipar Cisaat Sukabumi asuhan KH. �Masthuro. �Di �Pesantren Almasthuriyah ini beliau mulai� �mengenal cara berorganisasi yang kelak �menjadi salah satu medan dakwahnya. �Setelah selesai di Pesantren Almasthuriyyah �beliau �melanjutkan mesantren dan berguru kepada KH. Humaidi Cikaret Sukabumi. Perjumpaannya dengan KH. Humaidi mengawali pengetahuannya tentang politik dan pengelolaan pemerintahan, karena KH. �Humaidi selain �seorang alim di bidang �agama, juga �seorang �politisi �dan �menjadi �anggota �DPR. �Kegigihan beliau �untuk mempelajari segala �hal �yang baru, �tidak �diimbangi dengan �ketersediaan waktu KH. Humaidi. Melihat kondisi �ini KH. Humaidi menitipkan beliau kepada KH. Mahmud Mudrikah Hanafi �di Pesantren Siqoyaturrohmah Salajambu.� �Bersama KH. �Mahmud Mudrikah Hanafi �beliau �belajar dan menajamkan ilmu �fiqh, �tauhid, �tashawwuf, �ma'ani, badi', �bayan, �ushl �al- fiqh, musthalah al-hadits, dan berbagai disiplin �ilmu agama �lainnya.

Kemudian beliau� �melanjutkan� mesantren ke �Pondok �Pesantren Riyadhul Mutafakkirin (sekarang Darul Hikam) �Cibeureum Sukabumi asuhan KH. Aang �Sadili �selama 1,5 tahun.� Di pesantren ini �beliau �mendalami ilmu balaghoh �sehingga beliau� �mendapat �gelar "Abuy Bulagho",�� dan �beliau belajar pentingnya istiqomah bagi seorang pejuang Alloh (Da'i). ��KH. Aang Sadili Allohuyarham, �sepertinya, �melihat� kepentingan Ajengan �Zezen. �Dalam �pandangannya, Ajengan Zezen bukan saja harus kaya secara ilmu, namun harus teruji secara praktis. �Atas �dasar itu, �disuruhlah Ajengan Zezen� �untuk�� belajar �kepada �Kyai� �Muqtadir �Longkewang� �Cianjur. �Bersama Kyai Muqtadirlah, berbagai disiplin �ilmu alat (terutama nahwu dan sharaf) dimatangkan.

�Tidak berhenti sampai di sini, setelah belajar dengan KH. Muqtadir, beliau �melanjutkan perburuan ilmunya denga �mengikuti pasaran� kitab Al-Hikam ke Sadang Garut dan pesantren Miftahul Huda Utsmaniyyah Cikole Ciamis �asuhan KH.� Abdurrohman, �untuk memperdalam ilmu �fiqih. �Di sinilah akhir pengembaraannya sebelum �Ajengan Zezen pulang �kampung melaksanakan titah Allah �pada �tahun 1978. ��Tahun itu �pulalah Ajengan Zezen� mendirikan lembaga �pendidikan dengan �nama �Pondok �Pesantren Darul Falah yang �pada awalnya mengadakan pengajian malam hari bagi masyarakat Nagrog, kemudian berkembang dan berubah menjadi Pondok Pesantren Darurrohman, dan �salanjutnya diubah lagi� namanya menjadi pesantren Azzainiyyah� �yang�� �menyelenggarakan�� pendidikan� �Pesantren� �Salafi Riyadhul Alfiyah �wal Hikam, �pendidikan formal mulai �dari RA, MI, MD, MTS, SMP, MA, �SMA, SMK dan perguruan tinggi bekerja sama �dengan �STAI Sukabumi.

�Persentuhan dengan �romantika dunia �dakwah dimulai sejak beliau masih �usia �belia.� Beliau �sering diajak berziarah oleh �ayah, �paman, dan kakeknya ke makam-makam para wali �dan �ulama.�� Tidak �jarang beliau diajak �melakukan riyadlah-riyadlah �di �tempat� ziarah �tersebut selama berhari-hari. Pengalaman ini, konon mengilhami beliau �untuk tetap melestarikan �tradisi ziarah sebagai bagian dari diversifikasi dakwahnya hingga �hari ini.

�Beliau �juga belajar� dan �memperdalam ilmu �hikmah di beberapa tempat, diantaranya Gentur, Cibaregbeg, dan� Pamuragan sampai berhasil serta diberi wewenang untuk memberikan ijazah.

�Kiprahnya di dunia �dakwah tashawuf, bermula ketika beliau melakukan ziarah ke Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya pada tahun 1985. Pada saat itu, beliau belum berguru dengan Syaikh Ahmad �Shohibul Wafa Tajul �Arifin (selanjutnya disebut Abah Anom), �sepulangnya �dari Suryalaya, beliau berhasil membawa sebuah kitab yang �selama belasan tahun ia cari, yakni Sirr al-Asrar, karya Saykh Abdul Qadir �al-Jailani QS..

�Dalam dunia tashawuf, beliau� tercatat telah �mengikuti beberapa ordo sufi (thariqat/tarekat ). Di antaranya Mufaridiyyah, Anfasiyah, Rifa'iyyah, dan �Tijaniyyah,� Barulah, setelah belasan tahun mengamalkan thariqat- thariqat tersebut, �pada�� tahun �1990, �beliau� �belajar �dan �mengamalkan Thariqat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok �Pesantren Suryalaya.

�Ketertarikannya terhadap TQN, di antaranya disebabkan adanya kecocokan prasyarat �kemursyidan yang melekat pada Abah Anom. Pada �tahun 1990, beliau �sempat bermukim dan� melakukan riyadlah di Pondok �Pesantren Suryalaya.� Pada �saat itu, Abah �Anom �memanggilnya,� dan �memberikan kepercayaan untuk �mengupas bahasan �kitab� Al-Anwar �al-Qudsiyyah. �Setelah itu, �beliau �dipercaya mengisi �'mimbar kehormatan' Abah� Anom selama 12 tahun,� dan �pada tahun 1994 mendapat kepercayaan menjadi wakil �talqin TQN �Ponpes �Suryalaya.� Beliau �juga diberi gelar oleh Abah Anom dengan glar Bazul Asyhab.

�Gerakan dakwah beliau melalui perjalanan panjang. Bermula dengan �mengisi �majelis ta�lim-majlis ta�lim �di sekitar Nagrog, tempat tingal beliau. �Kemudian �dipercaya �menjadi �Ketua� Majelis �Ulama �Indonesia �(MUI) tingkat Desa �Perbawati (Karawang pada saat itu).� Kiprah kepemimpinan dakwahnya meningkat dengan �memangku jabatan Ketua MUI Kecamatan Sukabumi hingga Kabupaten Sukabumi dan Ketua Umum �MUI Kab. Sukabumi dijabatnya sampai beliau wafat.

�Pada wilayah gerakan dakwahnya yang lebih luas, beliau melakukan gerakan bersama, dengan �melibatkan ulama, ormas-ormas Islam, �dan pemerintah, �sebagai perwujudan �cita-cita� besarnya �sejak� awal �;� �yakni Penegakan Syariat �Islam� �(PSI) yang pada akhirnya, �pada �tanggal �10 �Muharram1423 H/ 24 Maret 2002 M berhasil� dideklarasikan dan �dilanjutkan dengan Kongres Umat Islam �Sukabumi di Stadion Korpri Gelanggang Olah Raga Cisaat, yang �dihadiri lebih� dari 10.000 orang umat Islam �se Kabupaten Sukabumi.

�Dukungan �terhadap �PSI �tidak �hanya��� sampai �pada� �deklarasi. �Untuk kerangka gerakan praktis,� PSI �tingkat Kab. �Sukabumi didesain secara konseptual dalam �"Buku �Panduan PSI" yang� disebut Buku �Hijau. �Gerakan praktis PSI kemudian disebut IQOMAH (Ikatan Penggerak Qoryah �Mubarokah), �dengan tanpa �menghilangkan semangat� PSI-nya yang �lebih �luas.� �Gagasan bernas tentang �IQOMAH �ini �disambut baik oleh Gubernur Jawa Barat, �Ahmad �Heryawan. �Pada �tanggal 24 Sya'ban 1429 H/28 Agustus �2008 M, �dideklarasikanlah Kesepakatan Membangun Qoryah Mubarokah dan Kahupaten Sukabumi sebagai pilot project tingkat Jawa Barat.

�Komposisi �Tim Penggerak IQOMAH sebagai berikut :

  1. Bupati Sukabumi
  2. Ketua DPRD K Sukahumi
  3. Kepala �Kantor Departemen Agama �Sukabumi
  4. Dandim �0607
  5. Kapolres Sukabumi
  6. Kapolresta Sukabumi
  7. Kepala �Kejaksaan Negeri Cibadak
  8. Kepala �Pengadilan Negeri Cibadak
  9. Ketua Kwarcah �Gerakan Pramuka Kah. Sukahumi
  10. Ketua Umum �MUI Kah. Sukahumi.

�Gagasan PSI model Pangersa Uwa bukan dalam �bentuk peraturan daerah (Perda) �sebagaimana umumnya �dikenal di �tempat-tempat� lain. �Model �PSI �gagasan� beliau� �lebih �mengutamakan semangat Pengamalan Ajaran Syari�at Islam secara sungguh-sungguh. Beliau menyematkan nomenklatur PSI-nya�� dengan "Penegakan Syariat Islam �melalui Pelaksanaan Rukun Islam �secara Benar dan Sungguh-sungguh".

�

Semangatnya yang �tidak �pernah padam,� atas �cita-citanya menegakkan syariat Islam, �gerakan �ini beliau �bawa �pada �level nasional. �Pada� �satu �saat �dalam �Musyawarah �Nasional �(Munas)�� VII �dan �Milad Majelis Ulama �Indonesia (MUI) ke-35 tanggal 25-28� Juli 2010 �di Hotel Twin�� Plaza-Jakarta, �pengersa �Uwa �mengusulkan, �agar� "Pelaksanaan Rukun Islam �secara Benar dan Sungguh-sungguh" menjadi program kerja MUI Pusat. Hasilnya, gagasan tersebut diterima, dan� menjadi "Gerakan Nasional �Pengamalan �Ajaran �Islam� �Khususnya� Rukun �Isalam �secara Benar dan �Sungguh-sungguh".

Selanjutnya pada �tanggal 21 Juni 2015 bertepatan dengan �tanggal 4 Romadhon 1436 H. beliau �mendeklarasikan Majelis Iqomah �Nusantara yang �dihadiri oleh �perwakilan dari berbagai provinsi� di Indonesia dan beberapa utusan dari malaysia.

KH. Zezen Zainal Abidin BazulAsyhab, kyai yang sering di sapa akrab dengan panggilan Ajengan Zezen atau Uwa Zezen adalah Sosok kyai kharismatik dan tidak�� pernah surut dari semangat jihad dalam �menegakan agama Allah. ��Beliau �paling tidak�� suka �mendengar orang meremehkan agama, mendengar Islam �di lecehkan, mendengar Islam �ada �dalam �tekanan, �dan melihat pengamalan terhadap ajaran Islam �yang tidak sepenuh daya.

Beliau juga seorang guru yang sangat di segani �oleh semua �santri, �seorang �pemimpin �yang�� ulung� �dalam� �organisasi, �seorang �tokoh �yang sangat dicintai di tengah masyarakat, seorang imam �yang �pemikirannya diterima oleh �semua kalangan,� semua� kelompok,� �dan �semua� �tingkatan masyarakat. Dan tidak �lupa beliau �merupakan seorang ayah �yang� sangat sayang terhadap keluarganya.

Bermacam cara telah �beliau �terapkan dalam �membina masyarakat, �beliau� �sangat �faham� terhadap �fenomena-fenomena �yang berada �di �tengah �umat. �Rumusan-rumusannya �merupakan� formula yang �tepat dan �dosis� yang �pas, �yang �jika diterapkan di seluruh pelosok negeri ini niscaya �negeri ini akan �bangkit dari keterpurukan

Ketika negeri ini dihimpit dengan bermacam-macam kesulitan, dan banyak kalangan berusaha memulihkan hal �tersebut dengan �bermacam upaya �berupa peningkatan mutu pelayanan terhadap masyarakat, peningkatan kualitas� pendidikan, �ekonomi, �teknologi, �dan �sumber �daya manusia, namun tetap belum �menghasilkan sebuah hasil� yang signifikan walaupun �proyek-proyek tersebut bersifat multinasional �tapi �ternyata hal �tersebut menjadi proyek khusus bagi� kalangan tertentu yang �justu sebaliknya memperkaya kelompok �tertentu dan� masyarakat tetap berada dalam �keterpurukan.

Melihat� kondisi �yang �demikian parah �yang �menimpa negeri� ini, beliau� �terus memikirkan bagaimana menerobos� dan membidik sumber utama �keterpurukan �negeri ini �dan �merubahnya �sedikit� demi �sedikit dengan�� bermacam upaya yang sesuai dengan �keinginan sang �pencipta manusia. Beliau �berpendapat bahwa keterpurukan� negeri ini bersumber pada �2 sebab yaitu (1) �Otak tumpul, dan (2) Do'a mandul.

Sulitnya membangkitkan kesadaran umat akan �pentingnya ketaqwaan mendorong beliau �untuk terus berdakwah dan menyampaikan kepada umat untuk segera kembali kepada poros utama yaitu �aturan sang �pencipta "Allah SWT" agar umat keluar dari semua �keterpurukan,

�

Jika ummat islam �keluar dari jalur, maka �hancurlah kita sebagaimana matahari, bulan, �bintang dan �seluruh edaran galaksi yang keluar dari jalur maka �hancurlah semuanya. Dalam setiap pergerakannya, beliau� �senantiasa� sinergik �dengan� �semua kalangan �dan �sesuai dengan aturan agama �maupun negara. �Dalam posisi beliau �sebagai seorang ketua Umum� �MUI �Kab. Sukabumi, beliau�� senantiasa �berdampingan bersama pemerintah dalam �membina masyarakat.

Beliau �tidak �pernah memboomingkan pergerakannya dalam entertainment. �Akan tetapi belaiu senantiasa �memulainya dari� yang �paling bawah.� �Yaitu membina masyarakat �yang �berada di� lingkungan kampungnya� sendiri sebagai�pilot�project.�Beliau �telah berhasil membuktikannya, �membina masyarakat �yang semuls �selalu hidup dalam aturan yang jauh dari agama, hingga �menjadi masyarakat yang� cinta agama �dan �tidak �membangkang terhadap agama. �Masjid selalu di ramaikan dengan berjama�ah dilanjutkan �dzikir yang� �selalu� �menggema. �menambah �asrinya �suasana �pegunungan� Kampung Nagrog Sinar Barokah yang begitu indah. Ditambah pula lalu �lalang ratusan santri pondok pesantren Azzainiyyah yang pakaiannya tampak rapih dan kitab �yang di peluk �di dadanya. Sungguh pemandangan yang begitu indah dan mengharukan.

�Sangat langka Allah Swt. memberikan mujaddid bagi para hambanya di alam �semesta ini. Beliau �adalah milik� Allah �Swt, yang �telah �diambil kembali �oleh� �Pemiliknya bertepatan �dengan �hari �Kamis� �tanggal �19 November �2015/ �7 Shofar 1437 �H. �Beliau meninggalkan istri tercintanya, seorang mujahidah, sholihah, dan �alimah Hj. Nuryani Zein yang kini bersama putra-putrinya melanjutkan perjuangan Pangersa Uwa. Adapun putra-putri beliau adalah sebagai berikut :

�Beliau �diamanati keturunan sebagai berikut:

PUTRA/PUTRI

MENANTU

CUCU

Rahmi �Aisyah

Iding Hudori

� �Nia Umu Salamah

�

�

� �Isep Ja'far Syidiq

Aah Abdul Aziz

Lenti Susilawati

� Eva Nurlatifah Azizah Zein

�

�

� Yahya �Abdurrahman Aziz �Zein

�

�

� M. Abdusshobur Zein

Aang Abdullah Zein

Nia Kurniati

� Ratu Shofia Sirrurrohmah

�

�

��� Abdullah Zein

�

�

� Tubagus Ahmad �Ibrohim

��� Annaqsyabandi Zein

�

�

� Tubagus Ahmad �Zainal

�

�

��� Abidin Zein

Neng Zakiyyah Zein

A, Fadli Nurulqudsi

� Ratu Amalia �Khodijah Zein

�

�

�

� �Gus Muhammad Yusuf �Zein Al-Qodiri

�

�

� �Gus Mahmud Haidar Ali Zein

Iis Farida Zein

�E. Nurdin Mubarok

.� Ratu Naily �Nurazizah Zein

�

�

.� Ratu Hisni Nurfadhilah Zein

�

�

.� Ratu Nushfi Ni'mah Nurmardhiyyah�Zein

Ai Imas Mursyidah Zein

�Asep Hermawan Anwar

. Ratu Naida Anwarul Musyarofah Zein

Zein

�

�

Dewi �Sirri

Ayip Abdul Fatah

�� Gus Muhammad Umar� Alfatih

Nurhayati Zein

Surodi

���� Zein

Lilis Siti Hindun

�

�

�

�

�

Khotimatussa�diyah

�

�

Zein

�

�

��

B. Guru-guru Pangersa Uwa

Apabila seseorang ingin �menjadi raja maka mesti berdiri di� atas pundak para raja. �Dalam hal ilmu �pun demikian, mesti ada ulama dalam hal ini guru yang dapat membina dan mendidik muridnya agar menjadi ulama.� Begitu juga KH. �Zezen �Zainal Abidin Bazul Asyhab, sebelum ke- Ulama-annya disandang tentu banyak guru yang membimbing dan membinanya sehingga keilmuan dan akhlak mulianya tidak diragukan. Diantara���Masyayikh �yang� �menghantarkan� �beliau �menjadi�� menjadi�mujadid�dalam pergerakan dakwah Islam sebagai berikut:

1)�� �KH. Abdurrohman (Karawang kulon Sukabumi)

2)� �KH. Mahmud�I�Gan Uye (Pabuaran Sukabumi)

3)� �KH. Masthuro (Almasturiyyah Sukabumi)

4)� �KH. Muqtadir�I�Pangersa Emang (Longkewang Cianjur)

5)� �KH. M. Mudrikah Hanafi (Siqoyyaturrahmah Sukabumi)

6)� �KH. Aang �Syadzili (Darul Hikam Cibeureum Sukabumi)

7)� �KH. Mama Syuja'I (Ciharashas Cianjur)

8)� �KH. Nu'man (Riyadlul Al-Fiyah Sadang Garut)

9)� �KH. Abdurrohman (Miftahul Huda Ustmaniyah, �Cikole �Ciamis)

10) �KH. Aang �Endang (Jamudipa �Cianjur)

11) �KH. Aang �Hambali (Bojong Koneng Cianjur)

12) �KH. Ahmad Shahibul Wafa Tajul Arifin (Suryalaya Tasikmalaya)

�

C. Pengalaman Organisasi

KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab adalah sosok kiayi yang tidak pernah surut dari semangat jihad dalam menegakan agama �Allah. �Beliau paling� �tidak� �suka� �mendengar �orang� meremehkan �agama,� �mendengar Islam� �di �lecehkan, mendengar �Islam� �ada �dalam�� tekanan, �dan �melihat pengamalan terhadap ajaran Islam �yang �tidak �sepenuh daya.

Semasa hidupnya, KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab mendapat amanat sebagai:

  1. Wakil �Rois �Syuriah �Pimpinan� Wilayah� �Nahdlatul Ulama� �(PWNU) Jawa Barat,
  2. Rois� �Aliyah�� �IV� �Jam'iyyah� �Ahlith-Thoriqoh� �al-Mu'tabaroh��� an- Nahdliyyah �(JATMAN), �
  3. Penasihat Forum� Pesantren se-Kabupaten Sukabumi
  4. Ketua Thoriqah NU�Ketua Muballighin Sukabumi
  5. Ketua Pimpinan Daerah Majlis� Ulama �Indonesia� (MUI) Kabupaten Sukabumi.
  6. Ketua� Perhimpunan �Pesantren �Provinsi Jawa �Barat �(Jabar), �dan berbagai aktifitas lainnya di bidang �dakwah.
  7. Ketua MDI Kabupaten Sukabumi
  8. Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kah. Sukabumi
  1. Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi.
  2. Pengurus MUI Jawa Barat
  3. Ketua Badan Pengkajian dan �Pengembangan Syariat Islam �(BPPSI) Kabupaten Sukabumi
  4. Ketua Forum Komunikasi Masjid (FKM) Kabupaten Sukabumi.
  5. Dan lain-lain.

�Pandangan Para Ulama

Terlalu banyak untuk� disebutkan satu-persatu� kekaguman para kiyai kepada KH.� Zezen �Zainal Abidin Bazul Asyhab. Kesimpulan �atas pandangan para kiyai bahwa Ajengan Zezen adalah �sosok rendah �hati, penerang umat,� �panutan jama'ah tareqat naqsabandiyah,� Ulama yang dengan ketinggian �ilmunya� dihormati �pemerintahan �dan �tokoh �umat Islam lainnya dan merupakan deklarator penegakan Syari'ah Islam di kabupaten Sukabumi. �Guru yang sangat �di �segani oleh semua� santri, seorang pemimpin dalam organisasi, tokoh yang sangat di cintai di tengah masyarakat, �seorang �imam yang� �pemikirannya �di �terima� oleh �semua kalangan,�� semua �kelompok,�� dan �semua �tingkatan �masyarakat.� �Dan tidak lupa beliau merupakan seorang ayah yang sangat sayang terhadap keluarganya.� �Sosok �mulia dan terhormat ini �tetap rendah hati, berjiwa sederhana layaknya para santri �pesantren dan tetap mau tinggal dan tidur di Masjid apa adanya.

E. Harapan KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab

KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab berharap abad ini menjadi kebangkitan �kaum �muslimin yang� mengedepankan �ilmu. Umat �Islam saat ini� yang terkotak-kotak dengan banyak kelompok, perlu persatuan antar kelompok dan� pemahaman �yang jelas �serta �saling menghargai masing-masing� kelompok tersebut. �Beliau memuji �keberanian dakwah para Karkun (jama'ah Tabligh) yang �mau menumbuhkan cinta masjid dan menghidupkan sunnah rasululloh� di �zaman� sekarang. �Mengajak� umat untuk mau ke masjid, �dengan tantangan yang begitu berat mereka patut dihargai dan salut dengan keberanian mereka melakukan khuruj.

Istilah �Khuruj, �pakaian dan �cara �hidup sunnah� Rasulullah yang diajarkan pada setiap kesempatan juga menurut pemikiran beliau karena hal itu akan sangat membantu kaum muslimin di pelosok, mengingatkan kebersamaan� dan peduli ajaran Islam. Agar tidak �menganggap bahwa orang berpakain dengan udeng-udeng' dikepala serta janggut itu adalah terorisme.

Menurutnya satu-satunya �bendera persatuan umat Islam sedunia ini adalah kalimat�"Laa�Ilaaha�Illalloh"�Tiada Tuhan selain Alloh. Sebagai orang pesantren dan orang Nahdatul Ulama beliau tetap bisa memiliki sikap yang�open minded�dengan banyak organisasi di Indonesia.

Pangersa Uwa �di mata para �kyai �merupakan ulama besar masa kini� yang �terang benderang saat ini, kefaqihan dan kesolehannya serta intelektualitasnya menjadikan beliau sebagai sosok panutan yang memang ulama ahli ilmu bukan ''kyai karbitan" yang dipaksakan tenar.

�

6 WASIYYAT �PANGERSA�UWA

  1. KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab (Pangersa Uwa) Bismillahirrohmanirrohim

(Dengan didasari kasih sayang dan juga Ikhlas karena Alloh) . �Uwa wasiyat kepada semuanya :

�

  1. Harus kuat iman dan taqwa kepada Alloh, mengikuti semua perintah Alloh dan RosulNya, jauhi �segala laranganNya serta jangan keluar dari Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja).

�

  1. Laksanakan ibadah wajib dan sunnat.

�

  1. Ikuti pemerintah �dalam� perkara �yang tidak �bertentangan �dengan agama.

�

  1. Harus rukun sesama saudara,� jangan bersengketa, �Uwa tidak �rela kalau sampai ada �persengketaan, apalagi karena berebut kekuasaan dan harta.� Jauhi �segala sebab yang memicu segala persengketaan, maafkan jika orang lain salah dan segera meminta maaf jika kita yang salah.

�

  1. Harus saling menyayangi, jangan acuh terhadap saudara yang kekurangan, �jangn� �iri �dengki �kepada� �mereka� �yang �mengalami kemajuan.

�

  1. Lanjutkan perjuangan uwa dalam membela agama, bangsa dan negara, ngawuruk santri, berdo'a, membalas jasa orang lain, da'wah, jihad, dan sebagainya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jangan diikuti apabila ada akhlak Uwa yang kurang baik.

�

� Sumber����� : DR. Ramdan Fawzi. 2016.�"Dari Salik�Menuju�Sang Kholiq"�Sekelumit�Sejarah,���

�����������������Pemikiran�dan�Amaliyah�KH.�ZEZEN ZA Bazul Asyhab (Pangersa Uwa).

������������Tim �Khidmah Azzainiyyah

�

�




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas