BIOGRAFI PANGERSA UWA

BIOGRAFI DAN PERGERAKAN DAKWAH PANGERSA UWA
KH Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab,� biasa disapa Pangersa Uwa, beliau �lahir tanggal 17 �Februari �1955� di �Sukabumi, tepatnya di Kampung Nagrog Sinar Barokah Desa Perbawati (dulu Desa� Karawang), putra dari pasangan KH. Zayadi �dan Hj. Hali.mah.�
Garis keturunan �dari ibunya merupakan rundaiyan dari Sunan Gunung Djati, yang nasabnya sampai kepada rosululloh Muhammad Saw.� Nasab beliau adalah KH. Zezen ZA Bazul Asyhab �bin Hj. Halimah binti �KH. �Abdurrohman bin �KH. �Kahfi bin� Ayah �Aliman �bin Abah Syaebah bin Ayah Gabid bin Ayah 'Atshan bin Prabu Washidewa bin Eyang Pangeran Sake bin Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa bin Sultan Abdul �Ma'ali �Ahmad bin� Sultan Abdul �Mafakhir Abdul �Qadir bin Sultan Maulana Nasrudin bin Maulana Yusuf bin Syekh Maulana Hasanudin bin Kangjeng Syekh �Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati).
�Nama �panggilan beliau �waktu kecil akrab disapa �dengan panggilan "Utun", �beliau �tumbuh dalam �sebuah keluarga yang mengutamakan pendidikan agama. Ayahnya mengajarkan beliau �tentang dasar-dasar pendidikan agama� �secara ketat,� terutama Al-Quran� dan �Imla. �Terlebih ayahnya seorang ulama yang terkenal sebagai �ahli ilmu tajwid. KH. Zayadi adalah murid �Ajengan Pabuaran (Gan Uye) yang �memiliki sebutan "Oo Midada". �Kemudian Utun belajar agama �kepada kakeknya yang bernama KH. Abdurrohman sambil �mengikuti Sekolah �Rakyat (SR).
Setelah tamat SR beliau melanjutkan pendidikan ke pesantren Pabuaran asuhan KH. Mahmud,� kemudian melanjutkan pendidikan ke �MTs �dan �MA di Pondok �Pesantren Sirojul Athfal (sekarang Almasthurriyyah) Tipar Cisaat Sukabumi asuhan KH. �Masthuro. �Di �Pesantren Almasthuriyah ini beliau mulai� �mengenal cara berorganisasi yang kelak �menjadi salah satu medan dakwahnya. �Setelah selesai di Pesantren Almasthuriyyah �beliau �melanjutkan mesantren dan berguru kepada KH. Humaidi Cikaret Sukabumi. Perjumpaannya dengan KH. Humaidi mengawali pengetahuannya tentang politik dan pengelolaan pemerintahan, karena KH. �Humaidi selain �seorang alim di bidang �agama, juga �seorang �politisi �dan �menjadi �anggota �DPR. �Kegigihan beliau �untuk mempelajari segala �hal �yang baru, �tidak �diimbangi dengan �ketersediaan waktu KH. Humaidi. Melihat kondisi �ini KH. Humaidi menitipkan beliau kepada KH. Mahmud Mudrikah Hanafi �di Pesantren Siqoyaturrohmah Salajambu.� �Bersama KH. �Mahmud Mudrikah Hanafi �beliau �belajar dan menajamkan ilmu �fiqh, �tauhid, �tashawwuf, �ma'ani, badi', �bayan, �ushl �al- fiqh, musthalah al-hadits, dan berbagai disiplin �ilmu agama �lainnya.
Kemudian beliau� �melanjutkan� mesantren ke �Pondok �Pesantren Riyadhul Mutafakkirin (sekarang Darul Hikam) �Cibeureum Sukabumi asuhan KH. Aang �Sadili �selama 1,5 tahun.� Di pesantren ini �beliau �mendalami ilmu balaghoh �sehingga beliau� �mendapat �gelar "Abuy Bulagho",�� dan �beliau belajar pentingnya istiqomah bagi seorang pejuang Alloh (Da'i). ��KH. Aang Sadili Allohuyarham, �sepertinya, �melihat� kepentingan Ajengan �Zezen. �Dalam �pandangannya, Ajengan Zezen bukan saja harus kaya secara ilmu, namun harus teruji secara praktis. �Atas �dasar itu, �disuruhlah Ajengan Zezen� �untuk�� belajar �kepada �Kyai� �Muqtadir �Longkewang� �Cianjur. �Bersama Kyai Muqtadirlah, berbagai disiplin �ilmu alat (terutama nahwu dan sharaf) dimatangkan.
�Tidak berhenti sampai di sini, setelah belajar dengan KH. Muqtadir, beliau �melanjutkan perburuan ilmunya denga �mengikuti pasaran� kitab Al-Hikam ke Sadang Garut dan pesantren Miftahul Huda Utsmaniyyah Cikole Ciamis �asuhan KH.� Abdurrohman, �untuk memperdalam ilmu �fiqih. �Di sinilah akhir pengembaraannya sebelum �Ajengan Zezen pulang �kampung melaksanakan titah Allah �pada �tahun 1978. ��Tahun itu �pulalah Ajengan Zezen� mendirikan lembaga �pendidikan dengan �nama �Pondok �Pesantren Darul Falah yang �pada awalnya mengadakan pengajian malam hari bagi masyarakat Nagrog, kemudian berkembang dan berubah menjadi Pondok Pesantren Darurrohman, dan �salanjutnya diubah lagi� namanya menjadi pesantren Azzainiyyah� �yang�� �menyelenggarakan�� pendidikan� �Pesantren� �Salafi Riyadhul Alfiyah �wal Hikam, �pendidikan formal mulai �dari RA, MI, MD, MTS, SMP, MA, �SMA, SMK dan perguruan tinggi bekerja sama �dengan �STAI Sukabumi.
�Persentuhan dengan �romantika dunia �dakwah dimulai sejak beliau masih �usia �belia.� Beliau �sering diajak berziarah oleh �ayah, �paman, dan kakeknya ke makam-makam para wali �dan �ulama.�� Tidak �jarang beliau diajak �melakukan riyadlah-riyadlah �di �tempat� ziarah �tersebut selama berhari-hari. Pengalaman ini, konon mengilhami beliau �untuk tetap melestarikan �tradisi ziarah sebagai bagian dari diversifikasi dakwahnya hingga �hari ini.
�Beliau �juga belajar� dan �memperdalam ilmu �hikmah di beberapa tempat, diantaranya Gentur, Cibaregbeg, dan� Pamuragan sampai berhasil serta diberi wewenang untuk memberikan ijazah.
�Kiprahnya di dunia �dakwah tashawuf, bermula ketika beliau melakukan ziarah ke Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya pada tahun 1985. Pada saat itu, beliau belum berguru dengan Syaikh Ahmad �Shohibul Wafa Tajul �Arifin (selanjutnya disebut Abah Anom), �sepulangnya �dari Suryalaya, beliau berhasil membawa sebuah kitab yang �selama belasan tahun ia cari, yakni Sirr al-Asrar, karya Saykh Abdul Qadir �al-Jailani QS..
�Dalam dunia tashawuf, beliau� tercatat telah �mengikuti beberapa ordo sufi (thariqat/tarekat ). Di antaranya Mufaridiyyah, Anfasiyah, Rifa'iyyah, dan �Tijaniyyah,� Barulah, setelah belasan tahun mengamalkan thariqat- thariqat tersebut, �pada�� tahun �1990, �beliau� �belajar �dan �mengamalkan Thariqat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok �Pesantren Suryalaya.
�Ketertarikannya terhadap TQN, di antaranya disebabkan adanya kecocokan prasyarat �kemursyidan yang melekat pada Abah Anom. Pada �tahun 1990, beliau �sempat bermukim dan� melakukan riyadlah di Pondok �Pesantren Suryalaya.� Pada �saat itu, Abah �Anom �memanggilnya,� dan �memberikan kepercayaan untuk �mengupas bahasan �kitab� Al-Anwar �al-Qudsiyyah. �Setelah itu, �beliau �dipercaya mengisi �'mimbar kehormatan' Abah� Anom selama 12 tahun,� dan �pada tahun 1994 mendapat kepercayaan menjadi wakil �talqin TQN �Ponpes �Suryalaya.� Beliau �juga diberi gelar oleh Abah Anom dengan glar Bazul Asyhab.
�Gerakan dakwah beliau melalui perjalanan panjang. Bermula dengan �mengisi �majelis ta�lim-majlis ta�lim �di sekitar Nagrog, tempat tingal beliau. �Kemudian �dipercaya �menjadi �Ketua� Majelis �Ulama �Indonesia �(MUI) tingkat Desa �Perbawati (Karawang pada saat itu).� Kiprah kepemimpinan dakwahnya meningkat dengan �memangku jabatan Ketua MUI Kecamatan Sukabumi hingga Kabupaten Sukabumi dan Ketua Umum �MUI Kab. Sukabumi dijabatnya sampai beliau wafat.
�Pada wilayah gerakan dakwahnya yang lebih luas, beliau melakukan gerakan bersama, dengan �melibatkan ulama, ormas-ormas Islam, �dan pemerintah, �sebagai perwujudan �cita-cita� besarnya �sejak� awal �;� �yakni Penegakan Syariat �Islam� �(PSI) yang pada akhirnya, �pada �tanggal �10 �Muharram1423 H/ 24 Maret 2002 M berhasil� dideklarasikan dan �dilanjutkan dengan Kongres Umat Islam �Sukabumi di Stadion Korpri Gelanggang Olah Raga Cisaat, yang �dihadiri lebih� dari 10.000 orang umat Islam �se Kabupaten Sukabumi.
�Dukungan �terhadap �PSI �tidak �hanya��� sampai �pada� �deklarasi. �Untuk kerangka gerakan praktis,� PSI �tingkat Kab. �Sukabumi didesain secara konseptual dalam �"Buku �Panduan PSI" yang� disebut Buku �Hijau. �Gerakan praktis PSI kemudian disebut IQOMAH (Ikatan Penggerak Qoryah �Mubarokah), �dengan tanpa �menghilangkan semangat� PSI-nya yang �lebih �luas.� �Gagasan bernas tentang �IQOMAH �ini �disambut baik oleh Gubernur Jawa Barat, �Ahmad �Heryawan. �Pada �tanggal 24 Sya'ban 1429 H/28 Agustus �2008 M, �dideklarasikanlah Kesepakatan Membangun Qoryah Mubarokah dan Kahupaten Sukabumi sebagai pilot project tingkat Jawa Barat.
�Komposisi �Tim Penggerak IQOMAH sebagai berikut :
- Bupati Sukabumi
- Ketua DPRD K Sukahumi
- Kepala �Kantor Departemen Agama �Sukabumi
- Dandim �0607
- Kapolres Sukabumi
- Kapolresta Sukabumi
- Kepala �Kejaksaan Negeri Cibadak
- Kepala �Pengadilan Negeri Cibadak
- Ketua Kwarcah �Gerakan Pramuka Kah. Sukahumi
- Ketua Umum �MUI Kah. Sukahumi.
�Gagasan PSI model Pangersa Uwa bukan dalam �bentuk peraturan daerah (Perda) �sebagaimana umumnya �dikenal di �tempat-tempat� lain. �Model �PSI �gagasan� beliau� �lebih �mengutamakan semangat Pengamalan Ajaran Syari�at Islam secara sungguh-sungguh. Beliau menyematkan nomenklatur PSI-nya�� dengan "Penegakan Syariat Islam �melalui Pelaksanaan Rukun Islam �secara Benar dan Sungguh-sungguh".
�
Semangatnya yang �tidak �pernah padam,� atas �cita-citanya menegakkan syariat Islam, �gerakan �ini beliau �bawa �pada �level nasional. �Pada� �satu �saat �dalam �Musyawarah �Nasional �(Munas)�� VII �dan �Milad Majelis Ulama �Indonesia (MUI) ke-35 tanggal 25-28� Juli 2010 �di Hotel Twin�� Plaza-Jakarta, �pengersa �Uwa �mengusulkan, �agar� "Pelaksanaan Rukun Islam �secara Benar dan Sungguh-sungguh" menjadi program kerja MUI Pusat. Hasilnya, gagasan tersebut diterima, dan� menjadi "Gerakan Nasional �Pengamalan �Ajaran �Islam� �Khususnya� Rukun �Isalam �secara Benar dan �Sungguh-sungguh".
Selanjutnya pada �tanggal 21 Juni 2015 bertepatan dengan �tanggal 4 Romadhon 1436 H. beliau �mendeklarasikan Majelis Iqomah �Nusantara yang �dihadiri oleh �perwakilan dari berbagai provinsi� di Indonesia dan beberapa utusan dari malaysia.
KH. Zezen Zainal Abidin BazulAsyhab, kyai yang sering di sapa akrab dengan panggilan Ajengan Zezen atau Uwa Zezen adalah Sosok kyai kharismatik dan tidak�� pernah surut dari semangat jihad dalam �menegakan agama Allah. ��Beliau �paling tidak�� suka �mendengar orang meremehkan agama, mendengar Islam �di lecehkan, mendengar Islam �ada �dalam �tekanan, �dan melihat pengamalan terhadap ajaran Islam �yang tidak sepenuh daya.
Beliau juga seorang guru yang sangat di segani �oleh semua �santri, �seorang �pemimpin �yang�� ulung� �dalam� �organisasi, �seorang �tokoh �yang sangat dicintai di tengah masyarakat, seorang imam �yang �pemikirannya diterima oleh �semua kalangan,� semua� kelompok,� �dan �semua� �tingkatan masyarakat. Dan tidak �lupa beliau �merupakan seorang ayah �yang� sangat sayang terhadap keluarganya.
Bermacam cara telah �beliau �terapkan dalam �membina masyarakat, �beliau� �sangat �faham� terhadap �fenomena-fenomena �yang berada �di �tengah �umat. �Rumusan-rumusannya �merupakan� formula yang �tepat dan �dosis� yang �pas, �yang �jika diterapkan di seluruh pelosok negeri ini niscaya �negeri ini akan �bangkit dari keterpurukan
Ketika negeri ini dihimpit dengan bermacam-macam kesulitan, dan banyak kalangan berusaha memulihkan hal �tersebut dengan �bermacam upaya �berupa peningkatan mutu pelayanan terhadap masyarakat, peningkatan kualitas� pendidikan, �ekonomi, �teknologi, �dan �sumber �daya manusia, namun tetap belum �menghasilkan sebuah hasil� yang signifikan walaupun �proyek-proyek tersebut bersifat multinasional �tapi �ternyata hal �tersebut menjadi proyek khusus bagi� kalangan tertentu yang �justu sebaliknya memperkaya kelompok �tertentu dan� masyarakat tetap berada dalam �keterpurukan.
Melihat� kondisi �yang �demikian parah �yang �menimpa negeri� ini, beliau� �terus memikirkan bagaimana menerobos� dan membidik sumber utama �keterpurukan �negeri ini �dan �merubahnya �sedikit� demi �sedikit dengan�� bermacam upaya yang sesuai dengan �keinginan sang �pencipta manusia. Beliau �berpendapat bahwa keterpurukan� negeri ini bersumber pada �2 sebab yaitu (1) �Otak tumpul, dan (2) Do'a mandul.
Sulitnya membangkitkan kesadaran umat akan �pentingnya ketaqwaan mendorong beliau �untuk terus berdakwah dan menyampaikan kepada umat untuk segera kembali kepada poros utama yaitu �aturan sang �pencipta "Allah SWT" agar umat keluar dari semua �keterpurukan,
�
Jika ummat islam �keluar dari jalur, maka �hancurlah kita sebagaimana matahari, bulan, �bintang dan �seluruh edaran galaksi yang keluar dari jalur maka �hancurlah semuanya. Dalam setiap pergerakannya, beliau� �senantiasa� sinergik �dengan� �semua kalangan �dan �sesuai dengan aturan agama �maupun negara. �Dalam posisi beliau �sebagai seorang ketua Umum� �MUI �Kab. Sukabumi, beliau�� senantiasa �berdampingan bersama pemerintah dalam �membina masyarakat.
Beliau �tidak �pernah memboomingkan pergerakannya dalam entertainment. �Akan tetapi belaiu senantiasa �memulainya dari� yang �paling bawah.� �Yaitu membina masyarakat �yang �berada di� lingkungan kampungnya� sendiri sebagai�pilot�project.�Beliau �telah berhasil membuktikannya, �membina masyarakat �yang semuls �selalu hidup dalam aturan yang jauh dari agama, hingga �menjadi masyarakat yang� cinta agama �dan �tidak �membangkang terhadap agama. �Masjid selalu di ramaikan dengan berjama�ah dilanjutkan �dzikir yang� �selalu� �menggema. �menambah �asrinya �suasana �pegunungan� Kampung Nagrog Sinar Barokah yang begitu indah. Ditambah pula lalu �lalang ratusan santri pondok pesantren Azzainiyyah yang pakaiannya tampak rapih dan kitab �yang di peluk �di dadanya. Sungguh pemandangan yang begitu indah dan mengharukan.
�Sangat langka Allah Swt. memberikan mujaddid bagi para hambanya di alam �semesta ini. Beliau �adalah milik� Allah �Swt, yang �telah �diambil kembali �oleh� �Pemiliknya bertepatan �dengan �hari �Kamis� �tanggal �19 November �2015/ �7 Shofar 1437 �H. �Beliau meninggalkan istri tercintanya, seorang mujahidah, sholihah, dan �alimah Hj. Nuryani Zein yang kini bersama putra-putrinya melanjutkan perjuangan Pangersa Uwa. Adapun putra-putri beliau adalah sebagai berikut :
�Beliau �diamanati keturunan sebagai berikut:
PUTRA/PUTRI |
MENANTU |
CUCU |
Rahmi �Aisyah |
Iding Hudori |
� �Nia Umu Salamah |
� |
� |
� �Isep Ja'far Syidiq |
Aah Abdul Aziz |
Lenti Susilawati |
� Eva Nurlatifah Azizah Zein |
� |
� |
� Yahya �Abdurrahman Aziz �Zein |
� |
� |
� M. Abdusshobur Zein |
Aang Abdullah Zein |
Nia Kurniati |
� Ratu Shofia Sirrurrohmah |
� |
� |
��� Abdullah Zein |
� |
� |
� Tubagus Ahmad �Ibrohim ��� Annaqsyabandi Zein |
� |
� |
� Tubagus Ahmad �Zainal |
� |
� |
��� Abidin Zein |
Neng Zakiyyah Zein |
A, Fadli Nurulqudsi |
� Ratu Amalia �Khodijah Zein � |
� |
� |
� �Gus Muhammad Yusuf �Zein Al-Qodiri |
� |
� |
� �Gus Mahmud Haidar Ali Zein |
Iis Farida Zein |
�E. Nurdin Mubarok |
.� Ratu Naily �Nurazizah Zein |
� |
� |
.� Ratu Hisni Nurfadhilah Zein |
� |
� |
.� Ratu Nushfi Ni'mah Nurmardhiyyah�Zein |
Ai Imas Mursyidah Zein |
�Asep Hermawan Anwar |
. Ratu Naida Anwarul Musyarofah Zein |
Zein |
� |
� |
Dewi �Sirri |
Ayip Abdul Fatah |
�� Gus Muhammad Umar� Alfatih |
Nurhayati Zein |
Surodi |
���� Zein |
Lilis Siti Hindun � � � |
� |
� |
Khotimatussa�diyah |
� |
� |
Zein |
� |
� |
��
B. Guru-guru Pangersa Uwa
Apabila seseorang ingin �menjadi raja maka mesti berdiri di� atas pundak para raja. �Dalam hal ilmu �pun demikian, mesti ada ulama dalam hal ini guru yang dapat membina dan mendidik muridnya agar menjadi ulama.� Begitu juga KH. �Zezen �Zainal Abidin Bazul Asyhab, sebelum ke- Ulama-annya disandang tentu banyak guru yang membimbing dan membinanya sehingga keilmuan dan akhlak mulianya tidak diragukan. Diantara���Masyayikh �yang� �menghantarkan� �beliau �menjadi�� menjadi�mujadid�dalam pergerakan dakwah Islam sebagai berikut:
1)�� �KH. Abdurrohman (Karawang kulon Sukabumi)
2)� �KH. Mahmud�I�Gan Uye (Pabuaran Sukabumi)
3)� �KH. Masthuro (Almasturiyyah Sukabumi)
4)� �KH. Muqtadir�I�Pangersa Emang (Longkewang Cianjur)
5)� �KH. M. Mudrikah Hanafi (Siqoyyaturrahmah Sukabumi)
6)� �KH. Aang �Syadzili (Darul Hikam Cibeureum Sukabumi)
7)� �KH. Mama Syuja'I (Ciharashas Cianjur)
8)� �KH. Nu'man (Riyadlul Al-Fiyah Sadang Garut)
9)� �KH. Abdurrohman (Miftahul Huda Ustmaniyah, �Cikole �Ciamis)
10) �KH. Aang �Endang (Jamudipa �Cianjur)
11) �KH. Aang �Hambali (Bojong Koneng Cianjur)
12) �KH. Ahmad Shahibul Wafa Tajul Arifin (Suryalaya Tasikmalaya)
�
C. Pengalaman Organisasi
KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab adalah sosok kiayi yang tidak pernah surut dari semangat jihad dalam menegakan agama �Allah. �Beliau paling� �tidak� �suka� �mendengar �orang� meremehkan �agama,� �mendengar Islam� �di �lecehkan, mendengar �Islam� �ada �dalam�� tekanan, �dan �melihat pengamalan terhadap ajaran Islam �yang �tidak �sepenuh daya.
Semasa hidupnya, KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab mendapat amanat sebagai:
- Wakil �Rois �Syuriah �Pimpinan� Wilayah� �Nahdlatul Ulama� �(PWNU) Jawa Barat,
- Rois� �Aliyah�� �IV� �Jam'iyyah� �Ahlith-Thoriqoh� �al-Mu'tabaroh��� an- Nahdliyyah �(JATMAN), �
- Penasihat Forum� Pesantren se-Kabupaten Sukabumi
- Ketua Thoriqah NU�Ketua Muballighin Sukabumi
- Ketua Pimpinan Daerah Majlis� Ulama �Indonesia� (MUI) Kabupaten Sukabumi.
- Ketua� Perhimpunan �Pesantren �Provinsi Jawa �Barat �(Jabar), �dan berbagai aktifitas lainnya di bidang �dakwah.
- Ketua MDI Kabupaten Sukabumi
- Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kah. Sukabumi
- Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi.
- Pengurus MUI Jawa Barat
- Ketua Badan Pengkajian dan �Pengembangan Syariat Islam �(BPPSI) Kabupaten Sukabumi
- Ketua Forum Komunikasi Masjid (FKM) Kabupaten Sukabumi.
- Dan lain-lain.
�Pandangan Para Ulama
Terlalu banyak untuk� disebutkan satu-persatu� kekaguman para kiyai kepada KH.� Zezen �Zainal Abidin Bazul Asyhab. Kesimpulan �atas pandangan para kiyai bahwa Ajengan Zezen adalah �sosok rendah �hati, penerang umat,� �panutan jama'ah tareqat naqsabandiyah,� Ulama yang dengan ketinggian �ilmunya� dihormati �pemerintahan �dan �tokoh �umat Islam lainnya dan merupakan deklarator penegakan Syari'ah Islam di kabupaten Sukabumi. �Guru yang sangat �di �segani oleh semua� santri, seorang pemimpin dalam organisasi, tokoh yang sangat di cintai di tengah masyarakat, �seorang �imam yang� �pemikirannya �di �terima� oleh �semua kalangan,�� semua �kelompok,�� dan �semua �tingkatan �masyarakat.� �Dan tidak lupa beliau merupakan seorang ayah yang sangat sayang terhadap keluarganya.� �Sosok �mulia dan terhormat ini �tetap rendah hati, berjiwa sederhana layaknya para santri �pesantren dan tetap mau tinggal dan tidur di Masjid apa adanya.
E. Harapan KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab
KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab berharap abad ini menjadi kebangkitan �kaum �muslimin yang� mengedepankan �ilmu. Umat �Islam saat ini� yang terkotak-kotak dengan banyak kelompok, perlu persatuan antar kelompok dan� pemahaman �yang jelas �serta �saling menghargai masing-masing� kelompok tersebut. �Beliau memuji �keberanian dakwah para Karkun (jama'ah Tabligh) yang �mau menumbuhkan cinta masjid dan menghidupkan sunnah rasululloh� di �zaman� sekarang. �Mengajak� umat untuk mau ke masjid, �dengan tantangan yang begitu berat mereka patut dihargai dan salut dengan keberanian mereka melakukan khuruj.
Istilah �Khuruj, �pakaian dan �cara �hidup sunnah� Rasulullah yang diajarkan pada setiap kesempatan juga menurut pemikiran beliau karena hal itu akan sangat membantu kaum muslimin di pelosok, mengingatkan kebersamaan� dan peduli ajaran Islam. Agar tidak �menganggap bahwa orang berpakain dengan udeng-udeng' dikepala serta janggut itu adalah terorisme.
Menurutnya satu-satunya �bendera persatuan umat Islam sedunia ini adalah kalimat�"Laa�Ilaaha�Illalloh"�Tiada Tuhan selain Alloh. Sebagai orang pesantren dan orang Nahdatul Ulama beliau tetap bisa memiliki sikap yang�open minded�dengan banyak organisasi di Indonesia.
Pangersa Uwa �di mata para �kyai �merupakan ulama besar masa kini� yang �terang benderang saat ini, kefaqihan dan kesolehannya serta intelektualitasnya menjadikan beliau sebagai sosok panutan yang memang ulama ahli ilmu bukan ''kyai karbitan" yang dipaksakan tenar.
�
6 WASIYYAT �PANGERSA�UWA
- KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab (Pangersa Uwa) Bismillahirrohmanirrohim
(Dengan didasari kasih sayang dan juga Ikhlas karena Alloh) . �Uwa wasiyat kepada semuanya :
�
- Harus kuat iman dan taqwa kepada Alloh, mengikuti semua perintah Alloh dan RosulNya, jauhi �segala laranganNya serta jangan keluar dari Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja).
�
- Laksanakan ibadah wajib dan sunnat.
�
- Ikuti pemerintah �dalam� perkara �yang tidak �bertentangan �dengan agama.
�
- Harus rukun sesama saudara,� jangan bersengketa, �Uwa tidak �rela kalau sampai ada �persengketaan, apalagi karena berebut kekuasaan dan harta.� Jauhi �segala sebab yang memicu segala persengketaan, maafkan jika orang lain salah dan segera meminta maaf jika kita yang salah.
�
- Harus saling menyayangi, jangan acuh terhadap saudara yang kekurangan, �jangn� �iri �dengki �kepada� �mereka� �yang �mengalami kemajuan.
�
- Lanjutkan perjuangan uwa dalam membela agama, bangsa dan negara, ngawuruk santri, berdo'a, membalas jasa orang lain, da'wah, jihad, dan sebagainya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jangan diikuti apabila ada akhlak Uwa yang kurang baik.
�
� Sumber����� : DR. Ramdan Fawzi. 2016.�"Dari Salik�Menuju�Sang Kholiq"�Sekelumit�Sejarah,���
�����������������Pemikiran�dan�Amaliyah�KH.�ZEZEN ZA Bazul Asyhab (Pangersa Uwa).
������������Tim �Khidmah Azzainiyyah
�
�
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- SMA Azzainiyyah meraih Juara II MHQ 2019 Tingkat SMA&MA se Wilayah Cianjur, Sukabumi,Bogor
- Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang
- Apa Itu Pemanasan Global
- Keuntungan dan Manfaat menggunakan e-Learning bagi Guru dan Siswa
- Tujuan & Manfaat Website bagi Sekolah
Kembali ke Atas